Jumat, 24 Desember 2010

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA


  
 
      Bell’s Palsy merupakan suatu gangguan pada saraf fasialis yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan yang timbul secara mendadak pada otot di satu sisi wajah. Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya (idiopatik), namun sangat mungkin akibat pembengkakan nervus facialis di sisi foramen stilomastoideus. Bell’s Palsy hampir selalu dijumpai unilateral. Selain dijumpai kelumpuhan pada otot wajah, fisioterapis juga menemukan gejala lain seperti air mata keluar secara berlebihan pada sisi yang mengalami kelumpuhan, berkurangnya pengecapan pada dua pertiga lidah yang mengalami kelumpuhan.
      Gejala tersebut timbul akibat kongjutiva bulbi menjadi penuh ditutupi kelopak mata yang lumpuh, sehingga dengan mudah mengalami iritasi oleh angin, debu dan sebagainya. Berkurangnya ketajaman pengecapan disebabkan karena odema pada nervus facialis pada sisi foramen stilomastoideus (Chusid, 1990).
       Insiden penyakit ini terjadi pada segala usia, terbanyak 20-50 th, angka kejadian 20-25 per 100.000 populasi, wanita lebih banyak daripada laki-laki, dan banyak kasus tejadi pada wanita hamil dan penderita diabetes (Setiawan, 2008).
       Di Amerika serikat insiden penyakit ini sebesar 20 orang per 100.000 penduduk per tahun, di Indonesia Asia insidennya masih belum ada angka pasti. Kalau dianggap insidennya sama dengan Amerika serikat, maka diIndonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 180 juta maka akan didapat sekitar 36.000 kasus dalam satu tahun. Bila sekarang diperkirakan jumlah penduduk kita sekitar 250 juta, maka akan didapatkan sekitar 50.000- 65.000 kasus setahun (Anggraeni, 1993).
       Panatalaksanaan bell’s palsy sendiri masih sering mengundang kontroversi bukan hanya dalam bidang medis tapi juga dalam bidang fisioterapi, Beberapa ahli merekomendasikan penggunaan kortikosteroid dan obat-obatan antivirus pada 48 jam pertama setelah onset (Ginsberg, 2008). Tetapi tanpa pengobatan inipun 85-90% pasien akan mengalami perbaikan total dalam hitungan minggu atau bulan. Sisanya, mungkin mengalami perbaikan parsial yang memuaskan, pendapat ini sejalan dengan Sidharta (2000) yang mengemukakan bahwa bell’s palsy dapat sembuh sendiri dalam 5 hari sampai 2 bulan.
       Dari berbagai pengantar diatas penulis mencoba untuk sedikit mamberikan rasionalisasi konsep- konsep dasar dari sisi fisioterapi berupa efek fisiologis dan terapeutik dari modalitas- modalitas fisioterapi yang umumnya diberikan pada kasus bell’s palsy, dengan harapan akan dapat memberikan modalitas fisioterapi umumnya yaitu berupa infra red, electrical stimulation, massage dan mirror exercise terhadap kondisi bell’s palsy.

1 komentar:

  1. assalamualaikum,,,,,,,,,,,
    saya mmerlukan bntuan buku, sbg rfernsi saya dlm pnyusunan KTI
    kira2 bisa tdk ??
    trimksih sbelumnya...

    BalasHapus

 

Info Fisioterapi Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Blogger Template © 2009